Bacaan Latin: Qulnah bituu minhaa jamii ‘an fa immaa yaatiyannakum minnii hudan faman tabi’a hudaaya falaa khawfun ‘alaihim wa laa hum yahza nuun
Artinya: Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Tafsir
Untuk menghapus kemungkinan kesalahpahaman bahwa perintah turun itu hanya dari satu tingkat ke tingkat lain yang lebih rendah di dalam surga, Allah mengulangi lagi perintah itu pada ayat ini. Kami berfirman, “Turunlah kamu semua, yakni setan dan manusia, dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku melalui penyampaian para nabi kepadamu, wahai Adam dan pasanganmu serta anak cucumu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka terhadap hal-hal negatif yang akan terjadi dan mereka juga tidak akan bersedih hati terhadap hal-hal negatif yang sudah terjadi.”
Pada ayat ini Allah mengulangi lagi perintah-Nya agar Adam dan Hawa keluar dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan hidup, pindah ke bumi yang menghendaki kerja keras dan perjuangan. Kepadanya dibentangkan dua macam jalan. Pertama, adalah jalan yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, yaitu dengan beriman kepada Allah serta mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Kedua, jalan yang akan membawa manusia kepada kerugian dan kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak, yaitu jalan orang kafir dan durhaka terhadap-Nya, serta menuruti bujukan-bujukan setan.
Siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan Allah melalui rasul-rasul-Nya, maka mereka akan memperoleh kebahagiaan dan ketenteraman. Mereka tidak akan merasa cemas, karena iman dan ketaatan mereka yang teguh kepada kekuasaan dan rahmat Allah. Mereka tidak akan merasa sedih dan menyesal atas kejadian-kejadian pada masa lalu yang menimbulkan kerugian harta benda atau pun kehilangan anggota keluarga dan sebagainya, karena bagi orang-orang yang beriman dan selalu berpegang kepada petunjuk-petunjuk Allah, mudah baginya menghadapi segala macam musibah dan cobaan-cobaan yang menimpa dirinya. Sebab dia percaya bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Allah adalah jalan yang terbaik untuk memperoleh keridaan-Nya, di samping pahala dan ganjaran yang diperolehnya dari Allah sebagai ganti yang lebih baik dari yang hilang.
Agama mengharamkan sebagian dari makanan yang lezat untuk dinikmati oleh manusia. Larangan tersebut disebabkan karena kerusakan yang dapat ditimbulkannya, baik terhadap pribadi orang yang melakukannya, maupun terhadap orang lain dan masyarakat umum. Maka siapa yang dapat membayangkan bahaya yang mungkin timbul karena menikmati kelezatan yang telah diharamkan itu, dan dapat pula menggambarkan dalam pikirannya pengaruh-pengaruh dan bekas-bekas jelek yang akan menimpa dirinya karena perbuatan itu, baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya, niscaya dia menghindari setiap kelezatan yang diharamkan itu, seperti larinya orang-orang yang sehat dari penyakit kusta. Lebih-lebih orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, dia akan memandang bahwa yang dilarang agama akan menimbulkan aib dan kekotoran pada dirinya dan akan menjauhkannya dari kebahagiaan dan kemuliaan di hari kiamat kelak. Orang-orang yang bersih dari perbuatan dosa di dunia ini nanti akan kelihatan wajahnya berseri-seri, sedang orang-orang yang selalu bergelimang dosa akan kelihatan wajahnya hitam muram.
sumber: kemenag.go.id