Bacaan Latin: Qul a’unabbi ‘ukum bikhairim min zaalikum; lillaziinat taqaw ‘inda Rabbihim jannaatun tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa wa azwaajum mutahharatunw wa ridwaanum minal laah; wallaahu basiirum bil’ibaad
Artinya: Katakanlah, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
Tafsir
Hal-hal yang disebut di atas adalah baik dan sesuai dengan naluri manusia, tetapi ada yang lebih baik dari itu semua. Maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang terlalu mencintai dunia dan kepada siapa pun juga, “Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? “Bagi orang-orang yang bertakwa tersedia di sisi Tuhan yang mendidik dan memelihara mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sehingga mereka tidak perlu lagi bersusah payah mengairi-nya. Selain tempat tinggal yang nyaman itu, mereka hidup kekal di dalamnya, dan mereka juga dianugerahi pasangan-pasangan yang suci dari segala macam kekotoran jasmani dan rohani seperti haid, nifas, dan perangai buruk, serta kenikmatan rohani yang tidak ada taranya, yaitu rida Allah yang amat besar. Dan anu-gerah tersebut wajar karena Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya, mengetahui segala keadaan mereka dan memberikan balasan yang terbaik.
Dalam ayat ini Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menjelaskan kepada manusia apa yang dimaksud dengan tempat kembali yang baik itu agar mereka terdorong untuk berbuat kebaikan. Nabi Muhammad diperintahkan untuk menanyakan kepada kaumnya, apakah mereka suka diberitahu tentang hal-hal yang lebih baik dari segala macam kesenangan yang disebut pada ayat 14. Dengan cara bertanya mereka akan lebih tertarik untuk memberikan jawaban.
Pengertian “yang lebih baik” adalah balasan yang akan diperoleh oleh orang yang bertakwa, yang dapat dibagi kepada dua macam nikmat, yaitu:
1.Bersifat jasmani, nikmat berupa keindahan di surga yang tak tergambarkan oleh manusia, antara lain pasangan hidup yang bersih dari segala macam cacat dan kelemahan, seperti yang terdapat pada manusia di dunia, baik dari segi rupa maupun perangai dan lain sebagainya.
2.Bersifat kerohanian, rida Allah yang tidak bercampur sedikit pun dengan kemurkaan-Nya, dan inilah sebesar-besar nikmat di akhirat bagi orang-orang yang bertakwa.
Rasulullah saw bersabda:
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada ahli surga, “Hai, penghuni surga,” mereka manjawab, “Labbaika Rabbana Wasa’daika.” Berkata Allah, “Sudah puaskah kamu sekalian?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak puas. Sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang dari makhluk-Mu”. Maka Allah berfirman, “Aku akan memberikan kepada kamu yang lebih baik daripada itu?” Mereka berkata, “Wahai Tuhan kami! Apakah yang lebih daripada itu? Maka Allah menjawab, “Aku akan melimpahkan kepadamu keridaan-Ku. Lalu Aku tidak akan marah kepadamu selama-lamanya”. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa’id al-Khudri).
Penghuni surga itu mempunyai tingkatan seperti keadaan di dunia. Di antara manusia di dunia ini ada yang tidak dapat memahami pentingnya rida Ilahi, padahal rida Ilahi itu mendorongnya untuk berbuat kebajikan atau meninggalkan kejahatan. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan-kenikmatan lahiriah seperti yang mereka rasakan di dunia. Di antara mereka ada yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi dan sanggup mendekatkan diri kepada Tuhan. Mereka mengharapkan keridaan Allah serta menjadikannya sebagai tujuan akhir dan kebahagiaan yang tertinggi bagi hidupnya.
Allah Maha Mengetahui hal ihwal manusia, isi hati dan segala rahasia mereka. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah. Oleh karena itu Dia akan memberikan ganjaran atas segala perbuatan manusia menurut derajat takwanya masing-masing.
sumber: kemenag.go.id